Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Malam sunyi di Legok Kondang

Gambar
Syair sedih ialah kawanku kini Bait sunyi sahabat sejatiku petang ini Merepih senyap di batas hari Menyapih senja pada sendunya alam gunung Tetap bimbang menemani Tetap kekosongan hati mengisi Nyanyian burung-burung bergema kencang Pekik tonggeret sepertinya Mengirim lantun pengisi senyap Aku disini termenung memagut senja Termangu aku seorang diri Melihat keramaian semu Keramaian semu? Ya, sesuatu yang amat semu.  Berapa hari ini sudah Perang bathin berkecamuk dalam diri Dan yang terpasti Samar-samar tentang lumbung ilmu baru Ganggu pikiran benak Malam sunyi hadir jua Koloni jangkrik bernyanyi merdu Temaram pelita lampu mengerlip Untuk hati yang kosong Itu karena si gadis bunga Jelas biar hati ini memagut harap Teruntuk si gadis bunga yang mestinya turut menderap langkah Meniti lagi kisah di Legok Kondang Setitik surga kecil di selatan sudut kota Pada kisah yang terakhir kalinya bersama Dan kumerasakan jalar sunyi

Anak-anakmu (Kahlil Gibran)

Gambar
  Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka tapi bukan jiwa mereka, Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh. Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan. Sebab ketika ia mencintai anak

Bimbangnya Petang Minggu

Gambar
Sumber:  keyword-suggestions.com Petang minggu, kupikir ialah waktu tersedih Waktu tersedih pabila ku mengingat esok Setitik hari yang mengawali pekan Termenung  aku di beranda rumah Mengusap peluh menderu nafas Bersepoi-sepoi angin petang melambai sunyi Bahagia, senang, tersalut gembira Lenyap sudah ditelan deru angin petang Hari esok mesti sudah aku beranjak Kembali menyapa hiruk-pikuk sekolah Lenguh kertas mencipta kecipak riak di sana Beban tugas ialah pemberat utama hati-pikiran Entah berapa kali petang minggu yang kulintasi sudah Tiada satupun manusia yang sanggup menghitungnya, bahkan seorang ahli matematika sekalipun Dan aku menemukan cerita yang berbeda kini Di fajar menjelang tengah hari Aku pergi mendaki Jalan Ciumbuleuit Aku teramat berhasrat mengincar bangku Kampus Unpar Yang tiada lain tiada bukan ialah lumbung bulir-bulir ilmu baruku nanti Gagal kugapai kesempatan emas Pertarungan nan sengit mesti kutempuh Dua be