Malam sunyi di Legok Kondang
Bait sunyi sahabat sejatiku petang ini
Merepih senyap di batas hari
Menyapih senja pada sendunya alam gunung
Tetap bimbang menemani
Tetap kekosongan hati mengisi
Nyanyian burung-burung bergema kencang
Pekik tonggeret sepertinya
Mengirim lantun pengisi senyap
Aku disini termenung memagut senja
Termangu aku seorang diri
Melihat keramaian semu
Keramaian semu? Ya, sesuatu yang amat semu.
Berapa hari ini sudah
Perang bathin berkecamuk dalam diri
Dan yang terpasti
Samar-samar tentang lumbung ilmu baru
Ganggu pikiran benak
Malam sunyi hadir jua
Koloni jangkrik bernyanyi merdu
Temaram pelita lampu mengerlip
Untuk hati yang kosong
Itu karena si gadis bunga
Jelas biar hati ini memagut harap
Teruntuk si gadis bunga yang mestinya turut menderap langkah
Meniti lagi kisah di Legok Kondang
Setitik surga kecil di selatan sudut kota
Pada kisah yang terakhir kalinya bersama
Dan kumerasakan jalar sunyi di ujung ruang bathin.
Pada nyatanya tak nampak si gadis bunga
Sembunyi dimana, aku tak tahu
Hingga ini yang kesekian kalinya memudar lagi kisah cinta
Yang dahulu,
Bersemi mulanya di balik Kabut Dieng
Lindap dihempas bulir angin belah sungai Kalimantan
Dan lagi bersemi di simpang Vredeburg Yogya
Apa sebab-musabab cinta si gadis bunga lindap kembali?
Alam pikir terombang-ambing
Bunga mimpi dihoyak lelambai nyiur angin
Mengingat semu keramaian
Yang hanya melintas sesaat di hati
Tuk berikutnya pergi beranjak
Canda dan tawa ada
Pun itu hanya pemecah kesendirian
Syair nelangsa acap kutembangkan
Hati tetaplah bergulat
Sampai malam sunyi di Legok Kondang
Jatuh jua
Aku puji rupawan pesona fisik si gadis bunga
Berulang kali dalam tanya
Apalah rasamu pabila tiada si gadis bunga
Kawan menjawab biasa asaja
Sedangku merasa hilang
Merasa kurang
Bagai ini suatu buruknya akhir kisah
Jika enyah si gadis bunga
"Aku mencintaimu!" Pekik suara in berulang kali
Yang paling dalam lubuk hati menjerit
Akan rasa rindu yang kian menawan
Teruntuk si pujaan hati
Lalu masih di bekapan malam nan sehening ini
Daku memaksa jiwa menanyai kawan
"Sebab apa dara pujaan hati tuk membuntuti ke Legok Kondang?"
Kawan melempar jawab,
"Tubuh dara pujaan hatimu tak sanggup digelung dingin"
Tercenung daku oleh itu jawaban
Merantau ke Dieng yang lebih dingin saja sanggup
Aku menyanggah dalam hati
Musababnya apa andai demikian?
Temaram sinar bola lampu
Pelita tengah malamku
Saat menulis puisi bagi si gadis bunga
Wahai gadis bungaku,
Rupawan pesona parasmu membuat daku terpana
Lembut suaramu mengalun apik
Gelombang juntai rambut
Lengkapi dikau sudah
Belum kemahiran tangan engkau mencipta gambar
Teralir deras menutur bahasa lain manusia
Gadis bunga, aku sangat menjatuhkan cinta padamu
Entah kamu mencintaiku ataukah tidak
Ingin kutarik dikau sebagai pasangan hidup
Biar tiada kuatnya fisikmu digelung dingin
Angin malam menghembus kuat
Dicipta riak senyap hati nan sunyi lepas cerahnya hari
Mengiring riak anak sungai yang mengalir ke jauh
Pekat malam melindap jiwa
Menanti jumpa denganmu gadis bunga
Yang kuharap jika tak ada titik temu
Hendaklah dikau lebih cantik
Persis bak bermekaran bunga sakura
Kuingin kau tahu isi hati
Kuingin kau membaca ini puisi
Aku sangat mencintaimu, duhai gadis bunga
Sembunyi dimana, aku tak tahu
Hingga ini yang kesekian kalinya memudar lagi kisah cinta
Yang dahulu,
Bersemi mulanya di balik Kabut Dieng
Lindap dihempas bulir angin belah sungai Kalimantan
Dan lagi bersemi di simpang Vredeburg Yogya
Apa sebab-musabab cinta si gadis bunga lindap kembali?
Alam pikir terombang-ambing
Bunga mimpi dihoyak lelambai nyiur angin
Mengingat semu keramaian
Yang hanya melintas sesaat di hati
Tuk berikutnya pergi beranjak
Canda dan tawa ada
Pun itu hanya pemecah kesendirian
Syair nelangsa acap kutembangkan
Hati tetaplah bergulat
Sampai malam sunyi di Legok Kondang
Jatuh jua
Aku puji rupawan pesona fisik si gadis bunga
Berulang kali dalam tanya
Apalah rasamu pabila tiada si gadis bunga
Kawan menjawab biasa asaja
Sedangku merasa hilang
Merasa kurang
Bagai ini suatu buruknya akhir kisah
Jika enyah si gadis bunga
"Aku mencintaimu!" Pekik suara in berulang kali
Yang paling dalam lubuk hati menjerit
Akan rasa rindu yang kian menawan
Teruntuk si pujaan hati
Lalu masih di bekapan malam nan sehening ini
Daku memaksa jiwa menanyai kawan
"Sebab apa dara pujaan hati tuk membuntuti ke Legok Kondang?"
Kawan melempar jawab,
"Tubuh dara pujaan hatimu tak sanggup digelung dingin"
Tercenung daku oleh itu jawaban
Merantau ke Dieng yang lebih dingin saja sanggup
Aku menyanggah dalam hati
Musababnya apa andai demikian?
Temaram sinar bola lampu
Pelita tengah malamku
Saat menulis puisi bagi si gadis bunga
Wahai gadis bungaku,
Rupawan pesona parasmu membuat daku terpana
Lembut suaramu mengalun apik
Gelombang juntai rambut
Lengkapi dikau sudah
Belum kemahiran tangan engkau mencipta gambar
Teralir deras menutur bahasa lain manusia
Gadis bunga, aku sangat menjatuhkan cinta padamu
Entah kamu mencintaiku ataukah tidak
Ingin kutarik dikau sebagai pasangan hidup
Biar tiada kuatnya fisikmu digelung dingin
Angin malam menghembus kuat
Dicipta riak senyap hati nan sunyi lepas cerahnya hari
Mengiring riak anak sungai yang mengalir ke jauh
Pekat malam melindap jiwa
Menanti jumpa denganmu gadis bunga
Yang kuharap jika tak ada titik temu
Hendaklah dikau lebih cantik
Persis bak bermekaran bunga sakura
Kuingin kau tahu isi hati
Kuingin kau membaca ini puisi
Aku sangat mencintaimu, duhai gadis bunga
Legok Kondang, Ciwidey, Bandung-Jawa Barat
Selasa, 23 Mei 2017
Pukul 23.55 WIB
Herr Aldi van Yogya
Komentar
Posting Komentar