Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Ruang lokomotif

Gambar
  Sumber gambar:  www.zenmeme.com Stasiun Tugu, Yogyakarta, di balik selarik tirai hujan.  Klakson lokomotif di paling depan gerbong sana sontak menggetarkan jiwa guru muda dalam diriku begitu kelopak mata ini mencerabut nama "Yogyakarta" pada sebidang papan di pinggir rel kereta api. Bersama penumpang lainnya aku terjaga dari tidur siang di sepanjang sisa perjalanan Bandung-Yogyakarta bersama Kereta Api Argo Wilis dan koper aku turunkan secara perlahan dari atas kursi. Kulihat, sekali lagi ke relung jendela gerbong: hujan tak menambat epilog tentang cinta, persahabatan, pertemanan dan kebersamaan persis inti utama bilamana ku menuliskan berlarik-larik cerita di balik tirai kisah.  Kereta Argo Wilis benar-benar berhenti dengan sempurna sebelum aku turun. Begitu melangkahi pintu gerbong, dengan sorot kelopak mata sendiri kudapati banyak manusia berduyun-duyun menyesaki pelataran Stasiun Tugu. Entah mau kemana mereka berkelana, pula apa tujuannya. Tetapi yang jela

Bunga merapuh

Gambar
  Larik tirai hujan ini seakan tak pernah sudi menemukan akhir tepat ketika seorang guru muda merasakan betapa rapuhnya sekuntum bunga pada relung hatinya. Kuakui, hari-hari perkenalan dengan Bulan November seperti yang sudah pernah aku tuliskan pada cerita terdahulu merupakan kisah termanis yang pernah kujumpa. Namun kulihat hari-hari selepas hujan tak sampai di Persimpangan Benteng Vredeburg tampak takkan begitu indah di hati. Hujan pun masih sudi bertamu sesuai titah tudung langit ini, namun hujan itu justru tak hadir di saat yang tepat. Persimpangan Benteng Vredeburg aku tinggalkan lepas hujan menyapa.  Lukisan paras akan empat gadis cantik pengisi hati ini tetap tergurat jelas pada palung pikiran sepanjang ku menyetir mobil pada terbentangnya jalan dari Kota Toulouse, Perancis hingga Amsterdam. Telah sampai yang kesekian kalinya aku menulis cerita tentang pengembaraan di Belanda kendati aku tetap selalu mematut status "Guru Bahasa Jerman." Telah lama jua ku tak

Hujan tak sampai di persimpangan Benteng Vredeburg (Agar selalu ingin kembali)

Gambar
  Kuala Lumpur, Malaysia, di suatu sore.             Palung jiwaku harus luruh oleh rintik hujan yang begitu deras di sore hari ini jua. Kulihat dari relung kaca jendela apartemen tinggi ini, awan kelabu menggantung begitu pekat di tudung langit ibukota Negeri Jiran ini semenjak adzan Ashar lantang mengumandangkan suaranya lebih dari dua jam lalu. Aneh, meskipun kurang dari setengah hari ini kota Kuala Lumpur diguyur hujan deras, tetapi dari balik kaca jendela apartemen aku menampak dengan sorot kelopak mata sendiri sejumlah anak-anak Melayu kecil begitu antusias menyambut datangnya musim hujan dan itu mengingatkanku pada serial kartun si kembar Upin-Ipin yang berasal dari Malaysia juga.             Kendati hari ini telah habis disapu oleh gemericik air hujan, sejak tadi pagi aku selalu merasa bersemangat lantaran esok pagi diriku akan pergi melenggang seorang diri menuju London, Inggris dengan menunggangi pesawat Airbus A380 milik Malaysia Airlines. Maka oleh karenanya, s