Sahabat di antara rumput yang bergoyang

Dirinya bukanlah siapa-siapa. Dia bukanlah seorang artis muda yang begitu digandrungi oleh remaja-remaja masa kini. Dia juga bukanlah putri dari seorang konglomerat kaya raya bergelimang harta. Namun, dia hanyalah seorang gadis remaja berusia 12 tahun yang amat baik hati.

Stevie namanya. Ia memiliki paras yang sangat cantik. Ia merupakan seorang gadis yang sangat pintar dan memiliki pengetahuan luas. Tidak sampai di situ, Stevie adalah muridku yang fasih berbicara Bahasa Jerman dengan fasih karena saat kecil dulu, dirinya pernah tinggal di Kota

Düsseldorf, Jerman guna mengikuti ibunya yang kala itu menempuh studi S-3 bidang Arsitektur. Bila ia mendekatiku, aku sang guru Bahasa Jeman dapat melihat tubuh yang tinggi meskipun masih berada di bawah kepalaku. 

Apa, muridku? Lalu, akulah sang guru Bahasa Jerman? 

Bila kalian sudah lama tidak bertemu denganku, pasti kalian akan terkejut dengan keadaanku sekarang. Dulu, aku hanyalah seorang lelaki kecil yang ingin bekerja sebagai seorang kapten pilot lalu berganti mimpi untuk menjadi seorang diplomat hingga akhirnya aku menemukan impian sejatiku: Guru Bahasa Jerman. 

Dengan upaya & tekad yang bulat, akhirnya aku berhasil menyematkan gelar "Guru Bahasa Jerman" pada diriku sendiri untuk selanjutnya mengajar siswa-siswi remaja. "Bahasa Jerman kan pelajaran SMA, tapi kenapa di SMP udah ada?" "Enggak tahu nak, sejak bapak melamar kerja disini, Bahasa Jerman emang udah ada." Pertanyaan pertama dari salah seorang muridku masih terlintas dalam benak.

Kembali lagi pada sosok gadis di atas. Rupanya pelajaran Bahasa Jerman sanggup mempertemukan diriku dengan Stevie. Ceritanya bermula ketika aku mengajarkan materi Bahasa Jerman untuk yang pertama kalinya setelah seminggu sebelumnya mengadakan sesi perkenalan dengan murid-murid. Hari itu di Kamis pagi yang sangat cerah, puluhan murid berusia 12-13 tahun memasuki kelas dan langsung duduk dengan rapi. Stevie-lah yang menarik perhatianku. 

Saat dirinya tidak mengerti apa yang aku ajarkan, ia memberanikan diri bertanya kepadaku dalam Bahasa Jerman. Tentu aku menjawabnya dengan semangat sampai teman-teman Stevie mengerutkan dahi pertanda tidak mengerti kata-kataku. Puas dengan penjelasanku, Stevie mengangguk-angguk dan aku kembali menerangkan materi Bahasa Jerman pada seisi kelas. 

Siang harinya ketika ada waktu senggang, aku mencoba membuka percakapan dengan Stevie tentang apa yang sudah kukatan di atas tadi:

Aku: "Entschuldigung, Stevie warum du kannst sprichst auf Deutsch mit gut aber du bist noch lernst Deutsch zum die ersten mal?" (Permisi, Stevie kenapa kamu bisa berbicara Bahasa Jerman dengan lancar tapi kamu baru pertama kali belajar Bahasa Jerman?)

Lalu ia menjawab, "Ja, natürlich herr wegen wann ich bin noch klein, ich bin schön wohne in Deutschland mit meine mutter wer ist haben eine studiere auf dritte schichten von Architektur in Düsseldorf." (Ya, tentu pak karena waktu aku masih kecil, aku udah pernah tinggal di Jerman sama ibu yang lagi studi S-3 jurusan Arsitektur di Düsseldorf.)

Aku: "Wow, wunderbar Stevie. Und dann wie langen bist du wohnst in Deutschland." (Wow, menakjubkan Stevie. Terus berapa lama kamu tinggal di Jerman?)

Stevie: "Ich wohne in Deutschland von vier jahren." (Aku tinggal di Jerman empat tahun.) 

Sejak saat itu, aku merasa bahwa Stevie adalah murid kesayanganku di sekolah. Ia memiliki kemiripan karakter denganku. Tidak hanya sampai di situ, ia selalu dekat denganku dan perlahan-lahan, aku merasa Stevie adalah sahabat di antara rumput yang bergoyang. 

Aku membayangkan diriku berada di tengah hamparan padang rumput hijau lengkap dengan beberapa kuntum bunga Tulip dan Panca Warna. Aku hanya seorang diri menikmati hembusan angin pelan yang menjadi teman lengkap dengan dedaunan beserta rumput yang bergoyang. Tiba-tiba, Stevie muncul di antara rumput yang bergoyang sambil memancarkan pesona kecantikan parasnya. Ia pun menyapaku di tengah padang rumput dalam Bahasa Jerman...

Ah, Stevie... Kamu selalu membuatku hanya ingat pada dirimu meskipun kamu adalah seorang murid dan aku adalah seorang guru. Namun, teman-temanmu banyak yang senang melihat dirimu memiliki paras cantik dan kemampuan berbahasa Jerman yang sangat baik...

Rumput yang bergoyang pun akan menjadi saksi dari semua ini, Stevie cantik...

Kamis, 31 Desember 2015
Pukul 14.08 WIB. 

Komentar

  1. Cerita di atas hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh hanyalah rekayasa remata.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi