Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Burung-burung Manyar (YB Mangunwijaya)

Gambar
  sumber gambar: www.goodreads.com Tetapi dengan kebanggaan. Anak kolong dan kaum ksatria hanya hidup dari kebanggaan. Bukan dari uang, tetapi karena telah berbuat berani. Mempertaruhkan nyawa demi sumpah, demi sasaran yang sulit dicapai, demi tujuan yang melegakan banyak orang. Akan kubuktikan, bahwa darah perwira masih mengalir di dalam urat-uratku, dan bahwa keindoan Mamiku adalah infuse darah baru bagi bangsa Inlander yang mengalami situasi serba baru sesudah revolusi politik dan revolusi bersenjata dulu itu. (Burung-burung Manyar, YB Mangunwijaya.) Roman Burung-burung Manyar mengisahkan Setadewa alias Teto, seorang anak kolong yang mengaku anak seorang Letnan KNIL   Garnisun divisi II Magelang . Ia lulusan Akademi Breda di Negeri Belanda sana sedangkan maminya adalah seorang wanita cantik berkulit putih langsep mulus. Semuanya tampak lengkap menemani perjalanan masa kecil Teto. Kehadiran seorang gadis kecil bernama Atik pun turut memperindah masa kecil Teto yang kemudia

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Gambar
  sumber: wallpaperscraft.com Masih seperti biasa, sepenggal kisah antara guru dan murid kembali diceritakan. Kisah ini bermula saat sang guru tengah asyik membanding-bandingkan dua buah buku novel di meja kerjanya. Salah satu buku yang paling tajam ditatap adalah "Negeri Van Oranje" yang bercerita tentang lima orang mahasiswa Indonesia di Negeri Kincir Angin Belanda. Meskipun aku seorang guru Bahasa Jerman, akan tetapi aku tetap bersemangat menceritakan isi buku "Negeri Van Oranje" kepada murid-muridku termasuk Stevie si gadis 13 tahun yang berparas cantik nan manis.  "Herr ceritain dong..." Sungguh, suara Stevie terdengar seperti rengekan seorang anak kecil kepada ayah-ibunya tuk dibelikan butiran-butiran permen atau balon. "Sip deh, dijamin kamu bakalan ketagihan kalo udah baca novelnya. Kisah geng Aagaban di Belanda sama beberapa negara Eropa lainnya bikin kamu ngebet pingin ke sana." Aku pun lupa bahwa sejatinya Stevie sudah perna

Filosofi hari terakhir & kisah dibalik awan

Gambar
  sumber gambar:  www.youtube.com  (Extan-Above The clouds)  Usai aku berguru pada filosofi kehidupan, aku dapat menarik kesimpulan untuk menjadikan hari terakhir di libur panjang sebagai hari yang sama sekali tak pernah dinanti oleh setiap orang atau bahkan dibenci. Namun apa boleh buat, ini menjadi kenyataan alias realita yang harus dihadapi. Aku berkisah pada muridku tentang filosofi hari terakhir pada beberapa momen libur panjang. Siapa lagi murid yang aku kisahkan bila tak lain dan tak bukan adalah Stevie.  "Herr Aldi, was war sind Sie denken?" (Herr Aldi, apa yang lagi dipikirin?) Kicauan suara indahnya membuat lamunanku buyar dalam seketika. Tanpa pikir panjang aku segera menjawab "Nein, jetzt ich denke Ã¼ber das philosophie von die letzter tagen am langen ferierzeit. Warum Stevie?" (Enggak, sekarang bapak lagi mikirin tentang filosofi hari terakhir di waktu libur panjang. Kenapa Stevie?) Lalu sang gadis 13 tahun tersebut mengangguk-anggukan kepalan

Berkaca pada hari terakhir

Tepat sepekan lalu, aku baru saja mengakhiri sebuah perjalanan panjang nan indah yang meninggalkan setangkup kesan. Aku mengembara ke Tanah Dieng bersama murid-muridku juga teman-temanku semenjak remaja yang kini telah menjadi guru pula. Kini, aku sudah sampai pada hari terakhir. Sejatinya, hari terakhir di pekan libur panjang tidak pernah dinanti oleh semua orang. Namun apa boleh buat, pada kenyataannya inilah yang harus dihadapi.  Usai terjaga dari tidur dan melaksanakan shalat Subuh sebanyak dua rakaat, memoriku langsung melayang pada masa-masa awal dari libur panjang. Ketika itu, aku baru saja selesai membagikan puluhan buku rapor kepada murid-murid sekelasku. Mula-mula mereka terlihat tegang ketika hendak menerima buku rapor, namun setelah membuka sambil membaca isinya satu per satu mereka melompat-lompat kegirangan pertanda nilai pembelajarannya bagus,  Tidak terkecuali Stevie. Ia amat girang setelah mengetahui semua nilai rapornya bagus termasuk pelajaran Bahasa Jerman

Belajar pada rintikan air hujan

Gambar
  Sumber gambar:  commons.wikimedia.org Hari itu hujan masih mengguyur tanah Bumi tatkala seorang guru muda baru saja selesai menunaikan ibadah shalat Ashar berjamaah di sebuah masjid besar. Rasanya ingin segera pulang, akan tetapi hujan masih menghalangi di depan mata. Barangkali ada sesuatu yang mereka (rintikan hujan) inginkan padaku meski itu tersampaikan lewat seorang gadis 13 tahun yang notabene merupakan seorang non-Muslim. Namun kendati demikian, ia memintaku untuk bercerita tentang makna belajar pada rintikan hujan.  Kepada Stevie sang murid kesayangan, aku berkisah tentang salah satu pengalamanku saat menghadapi libur panjang alias long weekend beberapa tahun silam.  Hari itu Jumat sore pukul 15.00 WIB. Seperti biasa aku bersiap-siap pergi ke masjid dekat rumah demi melaksanakan ibadah Shalat Ashar berjamaah. Aku berangkat di bawah kepungan awan mendung dan dalam perjalanan ke masjid inilah aku tersadar bahwa diriku lupa membawa payung/jas hujan. Namun aku tetap

Dua pucuk surat di antara rumput yang bergoyang

Gambar
Aku melangkahkan kaki sejauh padang rumput terhampar  Aku mengayuh biduk seluas laut terkembang Aku memanjat setinggi gunung menjulang di atas muka bumi Sejauh apa pun aku pergi, pada akhirnya aku akan kembali pada satu tujuan Kembali pada rerumputan yang bergoyang     Ya, rumput yang bergoyang. Aku gemar menjumpainya karena disinilah aku merasakan makna dari kata "cinta" dan arti dari kiprah seorang "guru." Mungkin, awalnya terlihat biasa-biasa saja. Namun perlahan-lahan, semua terlihat makna indahnya. Sore itu di Tanah Negeri Kincir Angin, aku tengah membawa sebuah mobil kuno yang diproduksi di era 1970-an-1980-an. Sebut saja mobil Volkswagen alias VW minibus. Aku mengemudikannya seorang diri tanpa ada satu pun kawan di sebelah atau di belakangku. Tetapi sudahlah, nikmati saja kesendirian ini karena pada saatnya akan hadir seorang kawan tepat di sebelahku. Perlahan namun pasti, aku merasa lelah mengemudikan mobil. Aku pun mengambil keputusan u

Daun-daun berguguran untuk serdadu burung Manyar di balik awan

Gambar
  Sumber:  www.wallpaperhi.com Hujan masih setia menemani senja tanpa kehadiran sinar Mentari seiring dengan bungkamnya senandung indah milik serdadu Burung Manyar. Di saat itu, seorang guru muda tengah asyik menerbangkan angan sampai jauh ke awan seperti seorang kapten pilot. Ia mengingat-ingat masa sendu tanpa seorang gadis bunga di tengah perjalanan masa remajanya. Sampai-sampai ia harus melamun meski kehadiran seorang gadis 13 tahun memecah kesunyian dalam sejenak.  Tanpa diminta ia bertanya "Herr Aldi lagi mikirin apa? Kok sampe ngelamun gitu sih?" Ujarnya di tengah rintik hujan deras. "Eh Stevie, ini bapak lagi inget satu momen waktu nengok temen cewek di rumah sakit. Ini pas bapak kelas 11." Rasa penasaran Stevie si "Burung Manyar" remaja tidak berhenti sampai di situ sebab ia masih mengeluarkan suara indahnya seraya memintaku bercerita tentang momen yang aku beri julukan "Daun berguguran demi serdadu Burung Manyar di balik awan."

Kamus para jomblo (bukan buat nyinggung yaaa)

Gambar
  Sumber gambar: feelgrafix.com 1. Balai Kartini: Banyak dibelai namun kau tak mengerti hal ini, 2. Telepati: Telekomunikasi lewat perantara hati, 3. Sampurna University: Sempurna dalam hal menyakiti, 4. Banjarnegara: Banyak janji kau umbar dan kau pergi tanpa bicara, 5. Raden Saleh: Rindu mengalir di nadi & kau tetap tak berubah, 6. Temanggung: Temen tapi nanggung, 7. Purwokerto: Pura-pura legowo liat kenangan yang terpampang di foto, 8. Kedokteran: Kedok teman ternyata pacaran, 9. Bisnis: Bisikan penuh tangis, 10. Mencangkul: Menatap cinta dalam rangkul, 11. Jambu biji: Janjimu busuk bikin jiji, 12. SMA DELAPAN BEKASI: Derap langkah tanpa harapan bekas kenangan yang ada di sisi, 13. Purbalingga: Pura-pura bahagia melihat kau berpaling & berkeluarga. Sumber: catatan pribadi penulis, dikutip dari situs http://www.andikafisnanto.com/2015/10/kumpulan-sajak-dan-materi-stand-up.html.