Berkaca pada hari terakhir

Tepat sepekan lalu, aku baru saja mengakhiri sebuah perjalanan panjang nan indah yang meninggalkan setangkup kesan. Aku mengembara ke Tanah Dieng bersama murid-muridku juga teman-temanku semenjak remaja yang kini telah menjadi guru pula. Kini, aku sudah sampai pada hari terakhir. Sejatinya, hari terakhir di pekan libur panjang tidak pernah dinanti oleh semua orang. Namun apa boleh buat, pada kenyataannya inilah yang harus dihadapi. 


Usai terjaga dari tidur dan melaksanakan shalat Subuh sebanyak dua rakaat, memoriku langsung melayang pada masa-masa awal dari libur panjang. Ketika itu, aku baru saja selesai membagikan puluhan buku rapor kepada murid-murid sekelasku. Mula-mula mereka terlihat tegang ketika hendak menerima buku rapor, namun setelah membuka sambil membaca isinya satu per satu mereka melompat-lompat kegirangan pertanda nilai pembelajarannya bagus, 

Tidak terkecuali Stevie. Ia amat girang setelah mengetahui semua nilai rapornya bagus termasuk pelajaran Bahasa Jerman. Jujur saja, aku harus memberikan nilai 95 pada rapor pelajaran Bahasa Jerman Stevie. Dialah satu-satunya muridku yang fasih berbicara Bahasa Jerman. Senyum manis kini mengembang lebar tepat di paras cantiknya. Aku sampai tersenyum-senyum sendiri melihat raut wajah Stevie hari ini. Bahkan, aku juga sampai... Ah, sudahlah... Aku malu untuk mengatakan yang sebenarnya. 

Kemudian, dirinya mendatangiku dan aku mengatakan sesuatu, 

Aku: "Guten tag Stevie, gratuliert du bist hast ein groβ wert für der Deutsch Sprachen lernen!" (Selamat siang Stevie, selamat ya kamu sudah memiliki nilai besar untuk pelajaran Bahasa Jerman!") 

Stevie: "Ach ja, danke schön herr. Und dann im was tagen wir sind gehen nach Baturaden und Dieng?" ("Ya, terima kasih banyak pak. Lalu di hari apa kita berangkat ke Baturaden dan dieng?")

Aku: "Wir gehen nach Baturaden und Dieng in der nacht von Montag 28 Dezember nach Freitag, 2 Januar. Kommst du mit?" ("Kita berangkat ke Baturaden dan Dieng hari Minggu malam tanggal 28 Desember sampai hari Jumat, 2 Januari. Kamu mau ikut?") 

Stevie: "Ja, natürlich herr." ("Ya, tentu saja pak.")

Aku berhenti berbicara untuk sejenank sebelum melanjutkan percakapan lagi. 

Aku: "Stevie, Ich habe ein brief über unser reisen nach Baturaden und Dieng. Bitte du gabst das reisen nach deine Eltern." ("Stevie, aku memiliki sebuah surat tentang perjalanan kita ke Baturaden dan Dieng. Tolong kamu berikan pada orang tuamu.")

Stevie: "Ja herr. Danke schön und auf wiedersehen!"  ("Ya pak. Terima kasih dan sampai jumpa!")

Aku: "Bitte schön und Auf wiedersehen!" ("Sama-sama dan sampai jumpa!")

Usai Stevie pulang dan langsung menikmati hari liburnya, aku masih berada di sekolah guna menyelesaikan berbagai macam urusan bersama guru-guru lain termasuk evaluasi kinerja selama satu semester. 

Semua beres, aku pun segera pulang ke rumah dan menjumpai bapak sedang duduk di ruang tamu. Aku mengobrol singkat dengan beliau tentang berbagai macam topik, termasuk persiapan ke Dieng. Meskipun masih beberapa hari lagi berangkat, namun bapak berpesan kepadaku agar selalu hati-hati. Aku pun mengiyakan. 

Hari yang ditunggu pun tiba. Minggu malam di pelataran sekolah, aku telah menyiapkan mobil sebagai tunggangan bersama murid-murid untuk mengembara. Mobilku berada paling depan, sedangkan di belakangnya terdapat dua mobil Elf, satu mobil Hiace dan satu mobil Gran Max. Satu per satu muridku datang, dan sebagian dari kami melaksanakan shalat Maghrib beserta Isya berjamaah.

Aku pergi menembus kegelapan malam bersama seluruh murid. Mereka tertidur sangat pulas dan hanya aku yang terjaga. Ya, aku. Aku harus tetap terjaga sampai fajar datang menyingsing karena dirikulah yang memegang kendali mobil. Tanpa terasa, perjalanan selama 9 jam 30 menit berakhir dengan cepat. Kurang dari tiga jam sebelum matahari terbit, aku berdiri untuk shalat di sebuah masjid. 

Ketika waktu dhuha tiba, aku melangkahkan kaki di area taman Baturaden. Murid-muridku telah berpencar jauh, ada yang bersama guru namun ada juga yang tidak bersama guru. Sebelum berpencar, aku menanyakan kepada mereka apa yang hendak dimainkan selama di sini dan membuat perjanjian untuk berkumpul di depan sebuah Musholla siang hari nanti. 

Singkat cerita saja, usai Shalat Dzuhur berjamaah dan makan siang, aku kembali melanjutkan perjalanan ke Dieng bersama murid tepat di bawah rintikan hujan selama enam jam. Lalu, aku tiba di Dataran Tinggi Dieng malam harinya. 

Selepas istirahat sekaligus menikmati santap pagi, langkah diarahkan pada Telaga Warna, Dieng Plateau Theater, Pabrik Carica dan Museum Kaliasa. Hampir semuanya telah aku kunjungi saat remaja dan hanya Pabrik Carica yang aku kunjungi saat ini untuk pertama kalinya. Hari kedua dan ketiga, aku memboyong murid-muridku melihat area candi, Kawah Sikidang, surga tersembunyi milik Dataran Tinggi Dieng Telaga Menjer yang kemudian dilanjutkan dengan momen indah matahari terbit usai malam pergantian tahun lengkap dengan buah tangan yang aku beli. 

Di perjalanan pulang keesokan harinya, aku mendapatkan makna-makna indah dari sebuah perjalanan. Di antaranya: 
- Menjadi panutan bagi murid-murid,
- Belajar untuk lebih bersabar dan tenang,
- Sadar bahwa murid-murid juga merupakan guru akan makna dari sebuah kehidupan,
- Dapat merasakan lebih dalam arti indah dari kata persahabatan, pertemanan, kebersamaan dan cinta   ketika diri menyatu dengan alam saat matahari terbit menaungi tetesan embun di atas daun.

Aku pun tersadar dari lamunanku tentang semua memori dari perjalanan panjang nan indah di atas. Kini aku mendudukan badanku tepat di depan teras rumah sambil memandangi langit dengan suasana matahari terbit di balik rerimbunan daun pohon. 

"Ada saatnya kalian merindukan libur panjang ketika sedang menutut ilmu di sekolah, ada saatnya kalian merindukan suasana sekolah ketika libur panjang sampai terkadang kalian harus bingung. Namun, semua itu terjadi dalam sebuah kehidupan. Terlalu lama berkegiatan, kalian akan lelah. Terlalu lama beristirahat, kalian akan jenuh. Di sini, aku pun terkadang merindukan kalian ketika mempelajari kata-kata indah dari Negeri Panser alias Bahasa Jerman. Nikmati semua waktu libur yang kalian punya, dan sampai jumpa lagi di lain hari..." 

Begitulah ucapanku di pagi hari saat diriku berkaca pada sebuah hari terakhir dari setangkup masa libur panjang dan aku kembali masuk rumah dengan angan yang terbang entah kemana, sambil kadang merasa sepi. Dingin dan kegelapan, kadang membuatku murung sambil melihat kalian berpisah. Meski kalian jauh, sejatinya kalian bersembunyi dari pandanganku dan kelak akan datang oleh sepenggal cinta. Cerita telah lama berlalu, tetapi kisah kita tidak akan hilang sampai kapanpun. 

Kata-kata indah di bagian paling terakhir aku gubah dari lirik sebuah lagu berjudul "Meski t'lah jauh" milik KLa Project. Aku mempersembahkan tulisan ini bagi murid-muridku dimanapun dan kapanpun berada. 

Tertulis, setangkup kata-kata indah dari seorang Guru Bahasa Jerman saat fajar menyingsing.

Minggu, 3 Januari 2016
Pukul 05.41 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi