Hanya dengan jiwa sabar (Apa kontribusimu untuk merdeka?)

 

Kukatakan lagi, upaya berlebih-lebih sejatinya tak pernah mengandung arti apapun tanpa adanya sabar yang berlebih-lebih pula. Ya itu sangat benar. Aku termangu seorang diri di balik kaca mobil yang berlari sesuai perintahku menembus langit sore hanya beberapa saat seusai jadwal mengajar berakhir sekaligus momenku mengucap sampai jumpa pada Stevie juga teman-teman seusianya di sekolah. Kembali lagi pada ucapan di atas tadi. Upaya berlebih-lebih tiada artinya tanpa sabar berlebih-lebih. Terus termangu sampai tanganku mengambil buku agenda hitam secara tidak sadar di pinggir kemudi. Kubiarkan kaca jendela mobil terbuka demi menyingkap lembaran-lembaran kertas buku agenda hitam tadi. 

"Cieee Herr Aldi ngefans sama Gloria. Ehm, dia cantik enggak herr?" Sebuah suara menghujam telingaku secara tiba-tiba. Hampir saja aku mengerem laju mobil dengan mendadak, tetapi sekelabat wajah keburu muncul di depan hidungku. Dialah Maureen, si gadis pemakai sekaligus penggemar kupluk abu-abu di mataku. Senyum manisnya memang seperti diterpa bias sinar mentari sore sampai membuat parasnya tampak semakin cantik, tidak kalah dengan Stevie dan si gadis bunga. "Hmm, iya ngefans juga sama dia. Terus terang aja Gloria emang cantik kayak kamu, tapi dia punya jiwa sabar yang kuat persis Jokowi." Aku mengakui pertanyaan Maureen dengan jujur sekaligus berterus terang. Ucapan Maureen kali ini membuatku sadar bahwa dalam filosofinya aku memang tidak sendiri. Toh sejak tadi Maureen duduk di jok belakang mobilku. Lalu apa yang membuatku merasa sendiri? Tak bersama si gadis bunga? Mungkin saja, sahabat-sahabat. 

Mobil aku pacu kencang-kencang menggilas aspal jalanan kota satelit tempatku mengajar tak jauh dari Bandung sampai Maureen berteriak kepadaku bak menerima sinyal darurat. Rupanya Ariq dan Abang meminta dijemput olehku tetapi mereka tak bilang dari jauh-jauh waktu sehingga mau tidak mau, aku harus memutar balik ke sekolah yang sudah kutinggalkan sejak tadi. Sambil tetap tenang aku memperlambat laju mobil sampai kedua pemuda itu terlihat jelas dari kaca mobil. Begitu aku berhenti di hadapannya, mereka berdua langsung meloncat masuk serasa naik mobil sendiri. Usai memastikan semuanya telah lengkap, mobil segera aku pacu kembali meninggalkan halaman sekolah.

Hampir aku lupa dengan ceritaku di buku agenda hitam tadi. Sejatinya cerita dalam buku itu sudah kutepikan pada Stevie menjelang penghujung jam pelajaran Bahasa Jerman tadi. Tetapi aku belum sempat menepikannya pada Maureen, Abang dan Ariq lantaran mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Sayang si gadis bunga tak dapat hadir disampingku padahal banyak cerita yang ingin kutepikan padanya pula. Ah, tetapi sudahlah. Lupakan si gadis bunga dan kalaupun dirinya ada di sini, pasti aku akan dibilang modus setiap kali mencoba mendekati dirinya. Tak sempat menunggu lama aku segera bercerita tentang isi ucapan Maureen tadi. 

                                                                 ***************** 
Gloria Natapradja Hamel. Sepotong nama dengan tiga kata yang bernuansa tiga negara/daerah, Eropa-Indonesia-Arab. Terdengar bersenandung indah di telinga setiap orang termasuk aku, padahal dirinya hanya seorang gadis remaja blasteran Indonesia-Perancis yang berasal dari Depok dan lahir tanggal 1 Januari 2000, tepat saat tahun milenium sekaligus abad baru telah berawal. Darah Perancis ia dapatkan dari sang ayah yang asli warga negara Perancis dan gadis bermata lebar itu pun mengantongi paspor dari warga negara sang ayah. Namanya santer berkibar-kibar di ranah media tanah air menjelang peringatan HUT RI ke-71 pertengahan tahun 2016. Ia akan bergabung dalam Pasukan pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang bertugas mengibarkan dan menurunkan sang saka Merah Putih di halaman Istana Merdeka, tempat sang kepala negara bertakhta kepada rakyat. 

Tetapi hanya dua hari sebelum Indonesia merayakan hari jadinya setelah melewati tujuh dasawarsa hidup tanpa dicengkram penjajah, nama Gloria secara tiba-tiba dihapuskan dari daftar anggota Tim Paskibraka. Awalnya Tim Paskibraka mengantongi jumlah anggota sebanyak 68 orang kini berkurang menjadi 67 orang dan sontak, publik heboh dengan pemberitaan ini. Aneh memang, ketika kudengar berita kala Gloria batal dikukuhkan bersamaan dengan pencopotan Archandra Tahar, Menteri ESDM hasil reshuffle Kabinet Kerja jilid 2 yang hanya menjabat selama 20 hari lantaran mengantongi masalah serupa dengan Gloria. Bedanya, Menteri Archandra Tahar diberitakan menyandang status kewarganegaraan Amerika Serikat setelah 20 tahun menetap di Negeri Paman Sam. 

Bagi Gloria, dukungan terus mengalir deras bagaikan arus sungai nasionalisme. Walau hanya menyaksikan prosesi pengibaran Sang saka Merah Putih dari layar kaca televisi di Wisma Negara, tetapi seusai upacara pengibaran bendera selesai Gloria justru diajak makan siang bersama Presiden Joko Widodo, seorang pria kurus nan sederhana namun berjiwa sabar sedangkan anggota Paskibraka lainnya tidak ikut makan siang bersama Presiden Jokowi. Lalu, hanya dalam hitungan jam Gloria si gadis cantik diangkat kembali sebagai anggota Paskibraka dan diberi lampu hijau agar bisa bertugas di saat upacara penurunan Bendera Pusaka. Sungguh istimewa, bukan? 

Ya, tentu sangat istimewa. Presiden Jokowi mengangkat Gloria bukan tanpa alasan sebab ia mempertimbangkan rasa nasionalisme Gloria kepada tanah air. 

"Dia punya tekad, kemampuan, tak kenal menyerah, tidak putus asa, tidak menjelekkan siapapun dalam hal ini. Gloria betul-betul menghargai hukum. Dalam statement-nya ia berterima kasih pada Menkumham yang akan menegakkan hukum. Sungguh mulia hatinya, sikapnya. Selama dua hari saya dampingi, tidak tampak dia menyalahkan siapapun. Dia bahkan mengatakan ini awal untuk meraih yang lebih baik lagi."                
          - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Imam Nahrawi -  

Ucapan tutur-kata Menpora Imam Nahrawi di atas dengan sengaja aku kutip dari detik.com, salah satu situs berita online yang terpercaya di tanah air. Penuturan Imam Nahrawi memang selaras dengan keputusan kilat Presiden Jokowi terkait status Gloria sebagai anggota Paskibraka tahun 2016 serta secara tidak langsung, Presiden Jokowi bersama Menpora Imam Nachrawi dan Gloria telah mengamalkan pepatah Arab berbunyi Man Shabara Zhafira, dengan arti "Siapa yang bersabar dia akan beruntung" sebagaimana bunyi slogan utama Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. 

Memang benar semua makhluk-makhluk berjiwa sabar akan selalu menyabet keberuntungan di atas. Presiden Jokowi memang sudah ditakdirkan lahir sambil membawa jiwa sabar dengan melewati perjalanan hidup yang sulit sepanjang masa kecil, berbisnis mebel sampai dirinya terduduk di kursi kepala negara usai didapuk rakyat untuk memimpin Indonesia dengan jiwa sabar sepenuh hati. Gloria pun demikian. Meski bukan menjadi pembawa replika Bendera Pusaka, tetapi Gloria tetap tampil sebagai anggota Paskibraka di halaman Istana Merdeka seraya mengulum senyum manis pertanda keberuntungan sekaligus kemenangan telah diraih melalui segenap upaya serta sabar berlebih-lebih. 

                                                                 ***************** 
Demikian ceritaku pada Maureen, Abang dan Ariq serta murid-muridku di sekolah tadi. Hanya dengan jiwa sabar nan kuat keberuntungan akan dicapai. Lalu apa kontribusimu untuk merdeka? Tentu ada. Karena aku telah digariskan menjadi seorang guru, maka oleh karena itu aku harus terus menanamkan semangat kemajuan pada murid-muridku sebelum nanti aku didapuk memimpin negara sebagai seorang presiden, persis seperti apa cita-citaku saat remaja dulu. Semoga ini terkuak menjadi sebuah kenyataan manis di kemudian hari. 

Jalanan Kota Satelit kini telah jauh kutinggalkan seraya ceritaku lenyap ditelan langit senja. Kusampaikan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberiku waktu tuk melihat sisi positif masa kepemimpinan Presiden Jokowi di masa remajaku dulu, juga pada Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Jokowi serta Menpora Imam Nachrawi yang telah membimbing Gloria dengan sepenuh hati sampai ia tetap berhasil mengambil bagian dalam Tim Paskibraka. 

Sampai jumpa di kisah indah lainnya, sahabat-sahabat...

Tertulis, kisah indah seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan

Bandung, 17 Agustus 2016
Pukul 17.49 WIB
-Herr Aldi Van Yogya-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi