Pengagum kecil itu

 

Dia memang Stevie, tapi dengan jujur bin berterus terang kukatakan dia adalah tokoh Stevie yang berbeda dari yang aku tulis di sini. Ya, tentu saja berbeda lantaran dulu aku gemar menulis Stevie dengan bonus deskripsi berupa rambut hitam nan panjang terurai, usia 13 tahun tetapi tak mengenakan kacamata. Tetapi kali ini, aku ingin menuliskan tentang salah seorang gadis bernama sama tetapi ia diberi bonus berupa rambut panjang terurai, kulit putih, mengenakan kacamata minus dua serta ia beragama Islam walau memiliki darah keturunan Tionghoa. Ia akan menjadi salah seorang tokoh dalam sebuah novel yang akan kutulis nanti. Ini merupakan kisah antara dirinya dengan Rayla, salah seorang gadis remaja yang menjadi temannya semasa sekolah.

Rintik hujan Bulan Agustus pada realitanya masih belum sudi mengucap selamat tinggal pada senyum Stevie, seorang gadis keturunan Tionghoa-Muslim dengan paras cantik di sebuah sekolah yang kini telah sepi. Hanya sebelas-dua belas siswa serta guru tersisa di sekolah dan pandangan mata Stevie teralihkan begitu saja kala ia dihampiri oleh Rayla yang tak lain tak bukan adalah seorang gadis 15 tahun. Senyum manis Rayla tak sungkan menyapa Stevie di depan pintu ruang kelas, tepat kala ia tengah terduduk seraya menggenggam beberapa buah benda lingkaran dalam kemasan persegi panjang tetapi Stevie tak lupa membaca buku catatan Bahasa Jerman. 

"Stev, bawa album Noah berapa nih? Banyak banget.." Celetuk Rayla kala ia merapikan rok selututnya sebelum duduk bersila tepat di sebelah Stevie. Di atas paha kanan dan kiri Stevie, Rayla melihat dua tumpuk album musik karya Noah, tokoh idola Stevie selain Presiden Joko Widodo sebagai tokoh idola Rayla juga. "Ya Ray, barusan aku enggak sengaja bawa dari rumah. Pas lagi jam pelajaran Geografi aku baru sadar ada album-album Noah koleksi aku dari kecil dulu..." Mata Rayla terbelalak lebar kala ia menatap dalam-dalam album Taman Langit, Bintang di surga, Alexandria, Hari yang Cerah, Sebuah nama-sebuah cerita, sampai yang terakhir Seperti seharusnya. Tanpa berpikir panjang Rayla bertanya sejak kapan dan mengapa Stevie begitu kagum dengan Noah. "Hmmm, oke deh Ray. Sekarang aku bakal ceritain sejak kapan terus kenapa aku seneng Noah." 

Lalu ia menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai cerita. 

Kota Bandung, Bulan Juni 2003. 

Entah seperti apa cuaca Bandung di pertengahan tahun 2003 yang tergambar dalam benak Felicia Stevie Azzahra, nama lengkap Stevie. Namun yang jelas, awal abad ke-21 adalah saat dimana Stevie masih menyandang status sebagai gadis kecil yang tengah melewati masa belajar di playgroup sampai taman kanak-kanak bersama anak-anak kecil lainnya. Jika anak lain lazimnya selalu tampak antusias kala melihat tokoh-tokoh kartun macam Doraemon, Spongebob, dan lain sebagainya, namun Stevie justru tak begitu antusias kala melihat serentetan tokoh kartun besutan layar kaca televisi yang menjadi buah bibir kawan sebayanya. Ia malah tertarik pada Peterpan, sebuah band pendatang baru asal Bandung saat itu yang dipunggawai oleh Ariel, Uki, Lukman, Reza, Andika dan Indra. 

"Aku suka lagunya Kak Ariel..." Tutur Stevie dengan polos dulu. Kebetulan saat itu Peterpan baru saja merilis album dengan tajuk "Taman Langit" yang memuat sejumlah lagu seperti Topeng, Semua tentang kita serta Aku dan bintang. Album Taman Langit tengah meroket setelah terjual dengan jumlah melebihi angka 650.000 kopi sehingga setiap kali menangkap berita tentang Peterpan di televisi atau mendengar lagunya dalam siaran di stasiun radio, Stevie pasti melonjak-lonjak kegirangan seorang diri sampai membuat ayah-bunda hanya bisa geleng-geleng kepala. Tetapi senyum masih terbit di wajah mereka berdua. 

Perlahan tetapi pasti, rasa suka Stevie terhadap Peterpan semakin hari semakin meroket bahkan di hari terakhir pembagian rapor, Stevie tak malu-malu bercerita tentang Peterpan pada gurunya di sekolah. "Ohhh kurcaci Peterpan bukan?" Guru Stevie kecil mengira tokoh yang dimaksud adalah seorang kurcaci asli negeri dongeng yang sejurus kemudian diralat Stevie kecil sebagai band pendatang baru. Hanya senyum yang terbit di wajah guru tersebut saat mendengar kata "Kak Ariel sama teman-teman" dari suara Stevie yang masih terdengar lucu. Kebiasaan itu terus berlanjut tepat kala ia menceritakan siapa Ariel dan kawan-kawan kepada kerabat dekatnya. Tak lupa Stevie terus menghafal lagu dalam album Taman langit dengan penuh semangat sambil ia membawa albumnya yang dibelikan bunda. 

Januari 2004, lebih dari setengah tahun berselang. 

Meroketnya popularitas Peterpan ternyata berjalan seiring dengan semakin meningkatnya rasa suka Stevie terhadap band asal Bandung tersebut. Hanya sepuluh hari setelah orang-orang di seluruh dunia menyongsong tahun baru 2004, Peterpan kembali meneruskan debutnya dalam blantika musik tanah air dengan menelurkan sekeping album yang sengaja mencatut kata "Bintang di surga" dengan lagu-lagu seperti Ada apa denganmu, Kukatakan dengan indah dan Bintang di surga. Stevie tak ketinggalan menyambut hadirnya album kedua Peterpan sebelum tiba hari ulang tahunnya tanggal 16 Januari. Gadis ini membayangkan album Bintang di surga hadir sebagai hadiah ulang tahun keempat dan hal tersebut memang telah ditakdirkan terbaca radar ayah-bunda. 

Maka tak heran bila bunda memberi album Bintang di surga dengan penuh perasaan kepada Stevie sesaat usai meniup lilin di atas kue. Girang tentunya, Stevie menyambut album Peterpan di saat anak-anak lain tengah menanti kehadiran badut ulang tahun dengan penuh harap. "Kutanya malam, dapatkah kau lihatnya perbedaan, yang tak terungkapkan, tapi mengapa, kau tak berubah... Ada apa denganmu?" Reff lagu Ada apa denganmu tak pernah bosan meluncur dari balik bingkai senyum manis seorang gadis kecil di awal tahun 2004. Tiba-tiba Stevie memotong cerita perjalanan masa kecilnya di tengah jalan agar ia bisa bertanya pada Rayla. 

"Btw, waktu kamu masih kecil di tahun segitu kamu suka apa?" Pertanyaan kali ini membuat Rayla sadar dari lamunannya. "Hmmm, tahun segitu aku masih di Belanda. Dulu aku suka kartun-kartun gitulah. Terus lagunya, ya lagu anak-anak." Ujar Rayla sambil memelintir ujung kuciran rambutnya. Rupanya mereka tak sadar bila waktu sudah semakin sore dan sekolah sangat sunyi hingga mereka harus pergi meninggalkan sekolah. Dalam perjalanan pulang sekolah, Stevie tetap sibuk bercerita tentang Peterpan di awal debutnya dulu. 

2005-2012, puncak popularitas, masa redup & titik awal kebangkitan

Seolah belum puas dengan album Bintang di surga, Peterpan meluncurkan album dengan tajuk "Alexandria" pertengahan 2005 sebagai album berisi lagu-lagu soundtrack dari Film Alexandria. Menurut cerita Stevie si pengagum kecil itu, Peterpan meluncurkan album Alexandria di Kota Bandung atau lebih tepatnya di Jalan Dago yang harus ditutup karena panggungnya berada disana serta jumlah penonton yang hadir akan menindas ruas Jalan Dago sepanjang acara. 

Sejatinya Stevie ingin menonton konser Peterpan yang satu ini. Tetapi ayah bunda merasa enggan karena acaranya diselenggarakan malam hari serta penontonnya akan sangat berdesak-desak yang bisa membuat Stevie terinjak-injak andai terjadi persenggolan hebat. Maka sebagai penggantinya, ia dibelikan album Alexandria yang disambut dengan sangat senang seiring dengan hadirnya puncak popularitas Peterpan yang mulai mengalami perpecahan lebih dari setahun berselang. Perasaan sedih tergambar dalam raut wajah Stevie kala ia mengetahui Andika telah mengucap selamat tinggal kepada Peterpan diekori Indra karena adanya masalah terkait nama Peterpan. 

Padahal Peterpan sudah berencana akan menerbitkan album baru di Bulan Desember 2006, tepat saat masa-masa indah di bangku kelas 2 SD. Maka imbasnya, penerbitan album "Hari yang cerah" baru bisa dilaksanakan tanggal 25 Mei 2007 di Monumen Perjuangan Bandung. Momen itu berlangsung di penghujung masa belajar pada bangku kelas 2 SD. Kecewa memang, tetapi Stevie tetap menikmati alunan lagu dalam album Hari Yang Cerah sebelum album "Sebuah nama sebuah cerita" keluar tahun 2008. "Aku jadi agak sedih waktu tahu ini bakalan jadi album terakhir Peterpan sebelum ganti nama." Curhat Stevie kepada Rayla di tengah jalan. 

Lalu bagaimana reaksi Stevie saat mengetahui Ariel tersandung kasus video kurang sedap dilihat? 

Terpukul, tentu. Sedih, pasti. Shock/kaget, memang. Bila melihat berita negatif tentang Ariel yang sangat kontras dengan berita di awal tahun 2000an, Stevie tidak akan mau menyimaknya sampai akhir. Bukan berarti ia berbalik membenci Ariel melainkan ia turut merasakan frustasi yang menyebabkan semangat belajarnya mengalami penurunan drastis. Guru dan teman-temannya di sekolah sampai harus memotivasi Stevie agar ia kembali bersemangat belajar. Lambat laun ia mulai kembali merasakan semangat dalam jiwanya sambil terus berharap Peterpan bisa kembali bangkit di kemudian hari.

Dua tahun kemudian.

Pemberitaan media mengenai bebasnya Ariel terus menyeruak sampai ke permukaan langit setiap harinya. Tatapan mata yang dahulu pesimis dengan Ariel kini terbelalak tak percaya kala seorang pria berwajah tampan melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri menembus halang-rintang jeruji besi di bawah langit pagi sebuah kota. Ia sudah dua tahun mendekam dibaliknya, dan kini ia tengah bersiap untuk kembali menghentak tanah air melalui lagu-lagu barunya.

Alhamdulillah, Peterpan kini telah bangkit dengan memasang nama "Noah." Siapa yang tak mau menyambut kehadiran "The New Peterpan" ini? Pastilah semua mau, termasuk Stevie si pengagum kecil itu. Kehadiran Noah seolah menjadi penghangat bagi jiwanya yang telah dirasuki rindu dua tahun belakangan ini tepat kala si pengagum kecil itu telah beranjak remaja tanpa sedikit pun kebencian dalam hatinya lantaran Noah telah mengamalkan sebuah pepatah Arab yang berbunyi "Man Shabara Zhafira" dengan arti "Siapa yang bersabar dia akan beruntung." Ya, hanya makhluk-makhluk berjiwa sabarlah yang akan selalu meraih kemenangan di kemudian hari.

Bersama Noah dalam lagu Separuh Aku, Hidup untukmu mati tanpamu, Stevie mengarungi perjalanan masa remajanya dengan ceria sampai hatinya tertambat pada seorang lelaki muda...       ^_^ ^_^ ^_^ ^_^

"Gitulah ceritaku sama Peterpan Ray. Ternyata mereka punya jiwa sabar & kuat yang bikin aku tambah kagum sama Noah sampai sekarang." Rayla hanya mengulum senyum kala menyambut akhir dari cerita Stevie hanya sesaat sebelum mereka berpisah di persimpangan jalan raya. "Sampe ketemu lagi besok ya Stev..." Ujar Rayla seraya ia melambaikan tangan yang menembus kacamata minus Stevie.

Tertulis, kisah indah seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan.

Bandung, 16 Agustus 2016
Pukul 20.25 WIB
-Herr Aldi Van Yogya-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi