Anak SMP aja pada nanya "Kamu setuju enggak Dekrit Gus Dur tahun 2001 dijalanin?"

                                                       
                                                                       
Tulisan ini tidak mengandung maksud untuk menyinggung siapapun yang terkait dengan perjalanan karier politik Gus Dur dan bukan untuk mengorek luka lama pula tentang akhir dari masa kekuasaan Gus Dur sebagai Presiden RI ke-4, namun ini hanyalah setangkup gagasan seorang Guru Bahasa Jerman untuk bisa belajar dari perjalanan sejarah tanah air bersama serdadu burung-burung Manyar alias murid-muridku yang kini tengah beranjak remaja. 

"Herr, setelah reformasi presiden mana yang bikin dekrit ya? Setahu aku cuma Soekarno doang yang bikin dekrit, tapi itu tahun 1959. Orde baru juga belum ada." Alex, seorang murid laki-laki di kelas membuyarkan lamunanku dengan pertanyaannya tersebut diikuti oleh tiga orang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Hanum, Chelsea beserta Stevie murid kesayanganku. Mereka memberi isyarat bahwa mereka memiliki pertanyaan yang sama dengan Alex. Tanpa berpikir panjang aku pun memberi jawaban kepada mereka. 

Aku menarik nafas dan mulai berbicara layaknya seorang sejarawan ulung, "Tahun 2001 atau tiga tahun setelah reformasi, Presiden ke-4 Gus Dur bikin dekrit. Menurut pandangan bapak, itu gara-gara kegaduhan situasi perkembangan politik Indonesia waktu itu." Sampai di sini, aku menghentikan sejenak kata-kataku dan Chelsea tampak sedang mencatat ucapanku di buku agendanya. Ah, seperti seorang sejarawan dan peneliti saja. 

"Secara persisnya, bapak enggak ingat gimana seluk-beluk penerbitan itu dekrit Gus Dur sampai sidang istimewa di hari itu juga. Tapi bapak tahu dari sumber-sumber sejarah yang selama ini ada." Kemudian Stevie dan Hanum langsung memintaku untuk menyebutkan isi dekrit Presiden ke-4 Gus Dur. Tentu saja aku mengiyakan keinginan mereka berdua seraya menjawab:

1. Pembubaran MPR-DPR,
2. Pembekuan Partai Golkar,
3. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat & mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun. 

Kemudian aku bercerita bahwa tiga butir dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dari parlemen. Ketua MPR saat itu Amien Rais, mengambil keputusan bahwa sidang istimewa yang sedianya diadakan tanggal 1 Agustus 2001 dimajukan menjadi 23 Juli 2001 usai pengumuman dekrit presiden. 

- Pemberhentian presiden yang cacat hukum

"Hal ini udah jelas jadi pro-kontra buat semua orang, mungkin termasuk kalian yang sekarang lagi belajar tentang perjalanan sejarah Indonesia. Tapi bapak pernah baca, sebenarnya sidang istimewa MPR tahun 2001 itu cacat hukum." Ujarku seraya melanjutkan percakapan. "Cacat hukum gimana, herr?" Mewakili teman-temannya, Hanum bertanya kepadaku. "Bukan buat mengorek luka lama, tapi ini buat jadi bahan pembelajaran tentang perjalanan sejarah tanah air. Beberapa mantan menteri Era Gus Dur bilang, sosok Gus Dur itu sebenarnya bersih dari pelanggaran hukum / konstitusi terus sidang istimewa waktu itu juga cenderung gara-gara persoalan politik." 

Hanum bertanya apa sebab lain dari pemberhentian Gus Dur yang tidak sah. Dari informasi yang aku baca, waktu Sidang Istimewa tahun 2001 enggak semua fraksi partai di parlemen ada. Seharusnya semua ada sesuai Tap MPR nomor 3 tahun 1978, namun saat itu Fraksi PKB dan PDKB tidak ada. 

- Kamu setuju enggak kalo dekritnya dijalanin?

Entah berapa kali aku harus mengatakan ini hanya setangkup gagasan yang dapat menjadi bahan pembelajaran tentang perjalanan sejarah bangsa dan bukan untuk mengorek luka lama, namun hal ini memiliki makna tentang sebuah gagasan bagi generasi muda. Hal itu terlintas dalam benakku juga Stevie dalam waktu yang bersamaan. 

Kemudian murid-muridku merasa setuju Dekrit Gus Dur tahun 2001 dijalankan karena hal ini merupakan sebuah ilham tentang kebenaran seperti yang aku baca dari salah satu referensi perjalanan sejarah. Lalu bagaimana dengan aku sang guru muda? Ketika muridku meminta opini, aku mengatakan bahwa diriku berada dalam posisi netral untuk hal ini. 

Sekali lagi, bukan untuk mengorek luka lama, namun ini dapat menjadi bahan pembelajaran tentang sekelumit perjalanan sejarah Tanah Air. 

Tertulis, kata-kata indah seorang Guru Bahasa Jerman.

Kamis, 14 Januari 2016
Pukul 05.26 WIB. 

Sumber foto: Wikipedia Bahasa Indonesia, http://herrdeutschlehrer.blogspot.co.id/2016/01/aku-gus-dur-dan-koloni-burung-burung.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi