Ketika guru Bahasa Jerman kembali berkisah: Sepekan pertama

Entah apa yang menjadi sebab mengapa cuaca selalu tampak cerah dua hari belakangan ini, padahal sebelumnya hujan tak pernah lupa mengguyur tanah bumi lengkap dengan isinya. Kegiatan belajar dan mengajar baru saja aku akhiri di waktu Ashar dan kini merupakan saat yang tepat untuk melakukan kilas balik tentang perjalanan selama sepekan pertama ini yang tentunya tidak akan lepas dari kicauan indah serdadu burung-burung Manyar dan juga Stevie, murid kesayanganku. 

Masih nampak jelas di dalam benak ketika aku melihat seorang gadis yang tengah beranjak remaja duduk di pinggir hamparan rumput bergoyang. Ekspresinya tampak sangat murung tak terbendung. Ketika kutanya mengapa, ia hanya mengatakan bahwa dirinya masih amat sangat merindukan libur panjang dan ia pula merasakan jet lag karena harus masuk sekolah lagi. Aku hanya tersenyum tipis mendengar kata-kata dirinya yang terdengar seperti kicauan indah burung Manyar dan sebagai guru Bahasa Jerman sekaligus walikelasnya, aku pun mencoba untuk menghibur Stevie agar ia tak terus-terusan memasang raut murung. 

Syukur, sedikit demi sedikit Stevie mulai menghapus kemurungan berbalut kegamangan sekaligus kebimbangan. Dengan paras cantiknya, ia terlihat amat sangat energik dan cerah ceria di hari pertama menimba ilmu. Ya, maklum saja di hari pertama dirinya sama sekali belum menjalani kegiatan belajar mengajar bersama teman-teman sebayanya. Namun di titik akhir, semua yang ia rasakan kembali pada sepenggal kalimat: Merindukan libur panjang. Aku pun ikut setuju dengannya. Berapa lamapun libur rasanya memang tidak akan pernah cukup bagi semua orang. Namun, libur terkadang membuat seseorang merasa jenuh dan ingin kembali berkegiatan. 

Dua hari berlalu, aku melihat Stevie begitu ceria. Hampir semua pelajaran dapat ia nikmati di hari Selasa dan Rabu, kecuali Matematika. Tentu saja Matematika yang tak pernah ia nikmati, begitu pula denganku. Belum apa-apa, Stevie sudah langsung merasa jenuh dan pesimistis saat berhadapan dengan jam pelajaran Matematika dan di semester kemarin, Stevie sampai meneteskan air matanya karena kesulitan menjawab soal ulangan. Aku memperbolehkan dirinya untuk mencuci muka dan beristirahat sebab aku pernah merasakan apa yang dirasakan oleh Stevie saat itu termasuk membenturkan kepala pada tembok ruang kelas. 

"Yess!!!!" Pekik Stevie saat jam pelajaran Matematika berakhir. Teman-temannya juga meneriakkan kata yang sama. "Vielen dank und alles klar!" (Terima kasih banyak dan semua beres!) Itulah kata-kata yang sekiranya dapat menggambarkan suasana kelas usai pelajaran Matematika. 

Keesokan harinya di jam pertama, aku mendapat giliran mengajar Bahasa Jerman di hadapan Stevie dan teman-temannya. Hari ini, aku akan mengajarkan mereka bagaimana cara menyuarakan kata-kata benda dalam Bahasa Jerman lengkap dengan kata-kata sandangnya seperti der, die dan das. Sepintas, aku melihat murid-muridku bingung memahami kata-kata benda yang diberi jenis kelamin seperti manusia. Namun dengan kelembutan hatinya, Stevie membantu teman-temannya memahami kata-kata benda dalam Bahasa Jerman. 

Ah, Stevie... Kamu satu-satunya murid yang membuat hatiku merasa tenang sekaligus senang karena suaramu menjadi seperi kicauan indah milik serdadu burung-burung Manyar. Setiap kali jam pelajaran Bahasa Jerman tiba, kamu selalu berpindah kesana kemari untuk membantu teman-temanmu ibarat seekor induk burung Manyar yang dengan sabar membantu anak-anaknya keluar dari sarang di dahan milik pohon. 

Sore ini saat aku sedang mengarahkan pandanganku pada hamparan rumput yang bergoyang, tiba-tiba sebuah suara memanggilku dari belakang. Jelas saja aku langsung membalikkan badan karena itu adalah sebuah kicauan burung Manyar yang sengaja hinggap di pintu kelas entah untuk apa. Namun aku hanya tersenyum saat melihat dirinya hinggap di depanku. "Belum pulang Stev? Besok libur lho..." Ujarku singkat. "Mau herr, tapi sekarang ambil hp dulu." Tanpa basa-basi jemariku menyodorkan sebuah telepon seluler kepada Stevie. "Makasih herr. Sampe ketemu lagi Senin ya..." "Sama-sama Stev, Insha Allah kita ketemu Senin." 

Sepekan pertama ini rupanya dapat menorehkan sebuah cerita yang takkan pernah hilang sampai kapan pun. Senandung burung Manyar pun tak mau ketinggalan untuk menjadi bagian cerita dari seorang guru Bahasa Jerman. 

Sampai jumpa lagi, Stevie sang burung Manyar dengan kicauan indah...

Tertulis, kata-kata indah seorang guru Bahasa Jerman.

Jumat, 8 Januari 2016
Pukul 16.28 WIB.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi