Ketika seorang guru berkisah: Berkaca pada hari pertama

Hari terakhir telah berlalu dan kini telah berganti dengan hari pertama. Semua terasa amat sangat berbeda dan yang sama hanyalah momen indah ketika fajar terbit bersama takdirnya dan senandung koloni burung Manyar pun tak ikut ketinggalan saling menyahut. Embun pagi saat ini telah menempel begitu lengket di kaca. Saat aku menggeser kaca jendela ke sebelah kiri, pandanganku secara langsung tertuju pada seseorang di pinggir rumput-rumput yang bergoyang. Tanpa pikir panjang aku menghampiri dirinya. 

Langkahku semakin dekat dengannya dan semakin lama semakin jelas siapa orang itu. Dialah Stevie. Entah apa yang membuat dirinya duduk termenung tepat di hadapan rumput-rumput yang bergoyang pagi ini sebab biasanya ia selalu datang ke kelas paling pertama dan tampak ceria ketika menjalani hari-harinya di sekolah. Ah, sudahlah. Aku tidak perlu berspekulasi tanpa bukti yang jelas karena itu hanya akan menimbulkan kebingungan dalam benak serta batin. Kemeja lengan panjang berwarna Putih polos aku angkat sedikit sampai pinggang dan membiarkan celana kain hitamku menyentuh tanah. 

Aku pun bertanya, "Guten morgen Stevie... Wie geht es dir und was gesachst mit dir jetzt?" (Selamat pagi Stevie... Apa kabar terus kamu kenapa sekarang?) Tampaknya ia sedang merenung sambil menyatukan dirinya dengan alam sekitar dan ia merasa sedikit terkejut. "Morgen herr, vielen dank es geht mir gut. Jetzt ich bin verpasse die langen ferien. Warum wir mussen gehen nach der schule am heute?" (Pagi pak, makasih banyak saya baik-baik aja. Sekarang aku kangen libur panjang. Kenapa kita harus datang ke sekolah hari ini?") Rupanya itu yang membuat Stevie murung tepat di hadapan rumput-rumput bergoyang. Kalimat Stevie sudah menjadi pertanyaan klasik bagi seorang guru, sesuai dengan cerita dari Mr. Allen dan Pak Harsono. Mereka sudah mengajar di sekolah beberapa tahun sebelum aku menjadi seorang guru. Sebagai cerita, seminggu yang lalu aku baru saja selesai mengembara ke Baturaden & Tanah Dieng bersama Stevie dan teman-temannya selama lima hari. 

Kemudian aku mencoba memberi jawaban kepada gadis berambut panjang ini. Libur selama tiga minggu sudah sangat memuaskan bagi semua murid sebayanya dan dua setengah minggu bagi aku sang guru. Sekarang, aku melihat Stevie semakin murung bersamaan dengan rumput yang semakin kencang bergoyang, seolah mereka mengerti apa isi pikiran dan hati Stevie. Dengan santai aku bertanya pada Stevie juga diriku sendiri, "Mau berapa lama lagi kita libur? Saat sekolah, kamu pasti ingin cepat libur. Saat libur, kamu malah ingin sekolah. Kadang-kadang kamu harus bingung Stev, mau yang mana?" Meskipun masih murung, tetapi dirinya sudah mulai mengerti dengan ucapanku sekarang. 

Usai berbicara singkat dengannya, aku sempat terdiam untuk sejenak laksana bisu. Entah sedang memikirkan apa, entah ingin bicara apa. Sampai-sampai aku harus memutar otak untuk mencari kata-kata. Hingga akhirnya, tanpa disadari aku berbicara kepada Stevie. "Stev, sekarang kamu boleh murung sekaligus kangen sama liburan panjang. Tapi kamu harus ingat quotes bapak yang satu ini..." Kemudian aku terdiam sejenak. Stevie sudah tampak penasaran dengan quotes-ku ini.

"Waktu kamu merasakan suasana sekolah di saat-saat indah masa remaja, kamu harus menikmati semua hari yang ada soalnya masa remaja itu berlangsung relatif singkat. Terus semua ini bakalan jadi cerita yang enggak akan pernah hilang sampai kapan pun dan yang paling penting, kita belum tentu atau bahkan enggak akan selamanya ada di sekolah." Stevie lalu menarik nafas perlahan-lahan dan menghembuskannya perlahan-lahan pula. Tampaknya Stevie mulai termotivasi untuk mengawali hari. Sedikit demi sedikit aku melihat senyum manis terbit di wajah cantiknya. Namun, sampai saat ini ia masih ingin membaur dengan alam lengkap dengan momen indah ketika fajar terbit. 

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu dan jam demi jam berlalu... Meskipun di hari pertama ini memang belum ada kegiatan belajar mengajar, namun terkadang aku melihat Stevie menunjukkan senyum manis lengkap dengan canda dan tawa. Mungkin ia menikmati hari ini. Kehadiran teman-teman dekatnya pun membuat ia tampak semakin ceria dan energik. 

Menjelang sore hari ketika rintikan hujan hendak mengguyur tanah bersama rumput-rumputnya yang setia bergoyang, aku bertanya kepada Stevie tentang perasaannya saat ini. Meskipun dirinya tampak cerah ceria dan energik hari ini, namun semua pikiran sekaligus perasaannya kembali pada sepenggal kalimat singkat: MERINDUKAN LIBUR PANJANG SAAT HARI PERTAMA TIBA. Jelas itu membuatku tertawa kecil meskipun aku berperasaan sama dengan Stevie. 

Ah, tetapi sudahlah... Aku juga pernah merasakan suasana sekolah tepat di saat-saat indah masa remaja. Aku pun menikmati semua hari-hari di masa remajaku yang berlangsung relatif singkat seraya itu menjadi cerita yang takkan pernah hilang. Kini, aku telah menjadi seorang guru bahasa Jerman dan dalam keseharianku, aku kembali menikmati semua momen-momen indah masa remaja bersama semua muridku tak terkecuali Stevie, si gadis cerdas yang fasih berbahasa Jerman. 

Nikmati hari-hari di sekolah mulai dari hari pertama sampai hari terakhir, karena aku tidak tahu apakah harus berapa lama berada di sekolah sebagai seorang guru...

Tertulis, kata-kata indah seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan.

Senin, 4 Januari 2016
Pukul 17.10 WIB. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi