Bait-bait fajar

 

Fajar biarku seorang diri
Merengkuh ketenangan pagi
Tanpa ada kawan seorangpun
Persis di sebelahku kali ini

Jendela si benteng hawa dingin
Kucoba tuk menyingkapnya
Meski tiada bunga mekar seikatpun
Tepat di depannya

Nyanyian-nyanyian serdadu Burung Manyar
Turut berkumandang di telingaku
Bersamaan dengan nyanyian-nyanyian suara alam
Yang ternyata dapat mengalihkan pandanganku

Semula aku menatap lambai-lambai rumput bergoyang
Yang sesekali diselingi desingan mobil di jalanan sana
Tetapi kini, tatapanku tertuju pada seseorang
Ya, seorang gadis 13 tahun yang tengah duduk seorang diri

Dari belakang jendela dapat kulihat dirinya
Duduk beralaskan tanah dengan dinding rumput-rumput bergoyang
Tumben, paras cantiknya termenung di bawah pelukan fajar
Gumamku dalam ruang hati

Pikir panjang tak kulakukan
Tetapi aku langsung beranjak dari balik jendela
Menghampiri sang gadis 13 tahun
Yang selalu membuatku tersenyum manis

Hai Stevie, apa kabarmu? Apa yang terjadi denganmu?
Sapaku kala tiba di samping kirinya
Tanah ku biarkan tertindas celana hitamku
Sedang angin menerpa baju kotak-kotak kesayanganku

Pertanyaan pertama ternyata tak terjawab
Paras cantiknya masih belum menoleh padaku
Ingin ku bertanya lagi, tetapi tak sempat
Sebab tentu saja ia telah menoleh padaku

Hai Herr Aldi. Kabar baik, syukur.
Saat ini aku tengah bimbang karena masa reses telah usai
Aku memang masih rindu pada masa reses
Tetapi kenyataan memang telah berkata lain

Hari ini aku sudah harus masuk sekolah lagi
Walau diiming-imingi cerita indah di sana
Tetapi hatiku tetap tak bisa luluh
Luluh oleh hal itu

Bagiku masa reses adalah masa terindah
Karena di masa itulah aku merasa sangat bebas
Tiada beban pikiran yang harus ku tanggung
Seperti saat ini hingga setengah tahun ke depan

Apa Herr Aldi juga begitu?
Oh, rupanya ini jawaban Stevie sang murid kesayanganku
Ia berperasaan sama denganku
Kala masa reses telah tiba di penghujungnya

Penghujung tempatnya mengucap selamat tinggal
Lalu aku segera bercerita tentang perjalanan masa resesku dulu
Siapa yang tak mau menikmati masa reses selama sebulan penuh?
Ya, aku yakin semua orang pasti mau mendapatkan itu

Masa resesku diawali dengan begitu semangat
Tetapi setelah dua hingga tiga minggu berjalan
Semangatku seperti sudah ditakdirkan mengendor
Mengingat penghujung masa reses

Aku bosan berkecimpung dengan kesulitan
Tetapi tak pernah jemu menatap si gadis bunga
Demi berkecimpung dengan sebuah kisah cinta
Penggalan kisah cinta saat remaja dulu

Aku tersenyum lebar meski bathin merintih
Lebih baik kembali pada masa reses
Di saat yang memang lebih indah
Walau sesekali rindu pada kawan-kawan membuncah, terutama si gadis bunga

Semakin lama masa reses berlangsung
Semakin aku sadar bila masa reses dalam filosofinya seperti kehidupan setangkai bunga
Bunga yang dahulu ditanam sebelum mekar mengembang indah
Untuk selanjutnya kembali layu

Persis seperti perjalanan masa resesku
Bunga mekar untuk layu
Kupu-kupu keluar dari kepompong
Walau ia harus menikmati hidup singkat

Sahabat-sahabatku, kawan-kawanku
Aku seperti merasa ingin kembali pada masa reses
Sama dengan Stevie si gadis yang fasih berbahasa Jerman
Tepat di saat fajar telah menyingsing

Inginku tanyakan itu pada rumput-rumput bergoyang
Juga serdadu Burung-burung Manyar
Tetapi kini mereka telah terbang jauh ditelan angin fajar...

Tertulis bait-bait indah namun sendu milik seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan kala fajar menyingsing bersama takdirnya

Bandung, 18 Juli 2016
Pukul 08.25 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi