Elegi rumput bergoyang (seperti bermuara di kota mati)

Sumber gambar: wallpaperscraft.com

Warna perjalanan masa SMA entah mengapa menjadi tampak tak seindah setahun-dua tahun kemarin pada seminggu pertama di tahun ajaran baru ini. Belum ada kegiatan belajar-mengajar memang, tetapi semangatku mengalami penurunan drastis seiring dengan perubahan drastis di SMA. Cuitanku kali ini telah tertulis dalam buku agenda hitamku di atas meja guru dan seseorang masuk tanpa diminta agar ia dapat membaca isi buku agenda hitam itu seorang diri tanpa sempat kuajak bicara sepatah kata pun setelah aku puas menatap sinar mentari sore walau masih mengharapkan hujan datang. 

Bila biasanya aku yang bercerita tentang kisah masa lalu kepda Stevie, tetapi kali ini aku membiarkan Stevie membaca isi buku agendaku agar nanti ia mengajakku bicara. Alhasil aku kembali menatap pemandangan senja yang rasanya (atau memang) tidak cocok dengan suasana hati dan ceritaku ini. Andai terbayang kubermuara di sebuah kota mati saat awan mendung menggantung sebagai pendahulu hujan, pastilah latar ceritaku sangat selaras dengan suasananya. Aku ingin masa yang indah, masa yang amat sangat menyenangkan dan sukar dilupakan sepanjang hayat. 

Masih tergambar jelas dalam benak tentunya saat hari pertama masuk sekolah aku kembali bersua dengan para perantau dari belahan Bumi utara, menyambar langkah si gadis bunga, berbicara Bahasa Belanda dengan Rifka, menunaikan ibadah Shalat Dhuha, pesan perpisahan dari Bu Nisa sang guru mata pelajaran Ekonomi, latihan untuk acara Welcoming day, Lomba Ranking Wahid sampai pengumuman kakak wali bersama para guru di aula pada sesi terakhir. Kesemuanya terjadi di hari pertama pasca masa reses satu bulan dan oleh karena itu, cerita tentang sepekan pertama dalam elegi rumput bergoyang laksana bermuara di kota mati aku mulai dari hari selanjutnya. 

******************
Selasa pagi, 26 Juli 2016. 

Sejak pagi telah terjadi kesibukan di SMA Mutiara Bunda baik kesibukan dari para guru maupun siswa demi kesuksesan acara welcoming day. Seperti yang telah kutuliskan sebelumnya, aku didapuk menjadi punggawa bersama Miko, Bowo dan Aa yang satu tim pula dengan pemain musik karawitan serta para gadis-gadis Merak. Aku kembali berlatih bersama mereka sejak pagi sampai sebelum acara dimulai pukul 09.30 WIB. Begitu orang tua datang bersama putra-putrinya para calon murid SMA Mutiara Bunda, tim penari bersegera mengambil posisi agar selanjutnya bisa bergerak ke depan sesuai irama musik tim karawitan. Alhasil, sejurus kemudian gadis-gadis Merak maju mengiringi para tamu bersama lengser diikuti oleh para lelaki punggawa sampai gadis-gadis Merak tetap bertahan karena masih akan tampil hingga tamu duduk. 

Kini giliran tim paduan suara unjuk gigi. Para hadirin diberi perintah berdiri saat tim choir akan bernyanyi lagu Indonesia Raya dengan begitu khidmat seperti halnya di suasana-suasana formal lain. Sungguh suara mereka cukup lantang terlebih lagi kala bernyanyi himne sekolah sampai mereka duduk dan begitu beres, Bu Lala bersegera menyampaikan sambutan sambil memaparkan program-program di SMA Mutbun kepada para siswa kelas 10 lengkap dengan orang tuanya. Yang masih aku ingat, hari Selasa kemarin Bu Lala memaparkan program-program sekolah berupa research & personal project, global society, enterpreneurship & pelancong nusantara, dsb. Tidak hanya Bu Lala, tetapi sambutan pula disampaikan oleh Kepala Pengawas KBM SMA Dinas Pendidikan Kota Bandung Yayat Ruhiyat yang ingin memastikan jika masa perkenalan di SMA Mutbun berjalan dengan baik tanpa adanya perpeloncoan seperti MOS sedikit pun. Masa orientasi sekolah kini telah berubah nama menjadi Pengenalan lingkungan sekolah (PLS), demikian ucapan Pak Yayat. Beliau pula dalam sambutannya mengaku pernah menjabat sebagai Kepala SMAN 26 pada tahun 2006 saat SMP-SMA Mutiara Bunda berdiri. 

Acara berlanjut pada sesi perkenalan dengan para guru SMA Mutiara Bunda berikut kakak wali dari kafilah-kafilah yang telah dibentuk dan diperkenalkan. Kafilahku adalah Utsman bin Affan dengan ketua Kiki Kiswandi dari kelas 12 IPA. Setiap kafilah memiliki satu orang guru wali dan untuk Kafilah Utsman bin Affan, guru walinya adalah Bu Eka yang juga sekaligus Guru Biologi. Tanpa terasa, acara beres sekitar pukul 11.45 WIB untuk selanjutnya kami menunaikan ibadah Shalat Dzuhur berjamaah serta makan siang. 

Ba'da Dzuhur sekitar pukul 13.00 WIB, kami berkumpul di Lapangan Futsal bersama kafilah masing-masing. Aku berkumpul bersama kafilah Utsman bin Affan dengan anggota Kiki, Rena, Aldi, Putri, Umar, Safna, Bintang, Davin dan Zayd agar bisa berkenalan lebih jauh lebih dekat. Bu Eka juga tak ketinggalan dalam sesi ini sambil ia memperkenalkan sebuah buku pegangan siswa dengan isi identitas pribadi, pencapaian prestasi belajar, universitas tujuan serta bagian-bagian lainnya. Tetapi buku pegangan tersebut belum bisa dibagikan hari ini lantaran sesuatu hal. 

Pukul 14.00 WIB atau hanya satu jam berselang, aku menyeret telapak kakiku menuju Ruang Agama di lantai atas bersama kawan-kawan satu angkatan karena akan ada kegiatan lain bersama Bu Yeni. Beliau membuka kegiatan sambil berbasa-basi mengenai kelas 12 sebelum berbicara mengenai SBMPTN dan SNMPTN. Kami dibagikan kertas semacam formulir berisikan identitas diri, kelebihan-kekurangan, pilihan universitas negeri melalui jalur SBMPTN & SNMPTN, pilihan universitas swasta serta tanggapan dari orang tua. Tak lupa Bu Yeni menyampaikan kegiatan try out SBMPTN yang akan diselenggarakan esok hari sejak pagi sampai siang (selama setengah hari) sebelum aku pergi shalat Ashar ke Masjid Asy-Syifa dengan perasaan tak tenang hingga pulang ke rumah sekalipun. 

                                                                  ***************

Rabu, 27 Juli 2016. 

Try out SBMPTN sesi pertama dengan tipe tes kemampuan & potensi akademik aku mulai pukul 08.00 WIB dengan mata pelajaran yang diujikan berupa Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Soal Bahasa Indonesia aku jawab pertama kali karena inilah yang termudah bagiku. Lalu bagaimana dengan Matematika? Baru membacanya saja sudah mengerutkan dahi macam kakek-kakek serta nenek-nenek bingung membaca koran. Maka soal Matematika tak aku jawab satupun ketika soal Bahasa Inggris hanya kujawab segelintir dan bila ditotal, barangkali ada sekitar 20 soal lebih yang aku isi di sesi pertama.

Tes kemampuan dasar sosial-humaniora aku gilas habis sesuai dengan aturan tata cara menjawab soal. Bila di TKPA tidak harus semua soal dijawab, maka di TKD Soshum semua soal harus diisi dari nomor 1-60 karena jika jawaban betul akan diberi skor +4, salah -1 dan kosong tanpa jawaban sama dengan 0. Insha Allah aku yakin jawabanku pasti ada yang benar sampai sesi kedua selesai pukul 11.15 WIB. Alhamdulillah, semoga hari-hari kedepan menjadi lebih bersahabat dari hari-hari sebelumnya...

Pukul 13.00 WIB seorang gadis berkerudung dan kacamata memasuki ruang aula sambil berjalan dengan dipapah oleh Bu Ima dan Bu Linda, bila tak salah. Ia adalah Fauqia Tambunan atau akrab disapa Kak Qia. Menurut cerita dari Pak Okky juga Kak Qia sendiri, Kak Qia merupakan seorang alumni SMA Mutiara Bunda angkatan 2011. Saat ini ia melanjutkan pendidikan di Universitas Martin Luther, Jerman yang aku lupa nama kotanya. Ia memilih jurusan Biokimia (Bahasa Inggris: Biochemistry) saat berkuliah di sana. Karena aku bisa berbahasa Jerman dengan cukup baik, maka diriku didapuk berbicara Bahasa Jerman dengan Kak Qia.

"Hallo, Ich heiße Aldi, Ich bin 17 jahre alt und ich habe eine studiere am 12 klasse. Hast du ein schönen tag im Deutschland? Wie ist dein studierenkolleg?" (Hallo, namaku Aldi, usiaku 17 tahun dan aku sedang belajar di kelas 12. Apa kamu punya hari yang menyenangkan di Jerman? Bagaimana dengan kuliahmu?) Jujur Kak Qia sempat kesulitan mendengar ucapanku dan aku harus mengulanginya lagi sampai jawaban Kak Qia yang hanya kumengerti sedikit. Tetapi aku tak lupa menghaturkan terima kasih kepada Kak Qia sebelum aku duduk mendengarkan cerita tentang pengalamannya selama berkuliah di Jerman sana.

Alhamdulillah, semua telah kulewati dengan baik di hari Rabu ini. Barangkali besok sudah mulai belajar maka aku harus membeli buku baru selepas Shalat Ashar di masjid dengan suasana hati yang lebih tenang.

                                                                    **************

Kamis-Jumat, 28-29 Juli 2016.

Kegiatan belajar mengajar rupanya belum dimulai juga hari ini karena sebagian dari siswa-siswi harus menuntaskan remedial dari tahun ajaran sebelumnya dan untuk kelas 10 beserta yang tidak remedial akan mendisplay kelas sesuai kelompok. Aku mendapat kelompok satu bersama anak-anak kelas 10 yang terdiri dari Zayd, Bimbi, Faizal, Cenna, Shafira dan Aisri. Akulah satu-satunya kelas 12, tetapi ini adalah sebuah kehormatan besar sekaligus peluangku menjadi seorang guru serta kepala negara. Konsep aku rancang bersama adik-adik kelasku yang baru lengkap dengan bahan-bahan beserta alat yang aku minta dari Pak Nandang di ruang yayasan.

Usai semuanya lengkap, display di ruang kelas IPS 1 segera dihiasi sesuai dengan mata pelajarannya sampai sore. Aku tak ketinggalan mendisplay kelas lengkap dengan koordinasi, persetujuan ya atau tidak pada adik-adik kelasku. Syukur Alhamdulillah, display sudah selesai dihiasi pada sore hari sebelum aku pulang sambil merasa tenang sedikit demi sedikit.

Hari Jumat besoknya, remedial masih berlanjut tetapi selepas Shalat Dhuha, kami masih berkumpul sesuai dengan kafilah masing-masing dengan agenda menyusun jadwal kultum serta jadwal piket. Aku kebagian jadwal kultum di awal-awal bersama kelas 12 karena ini adalah prioritas sebelum menghadapi ujian di semester dua sedangkan untuk piket, diriku didapuk memeriksa anggota kafilah yang membawa Al-Quran atau tidak. Jadwal pun diserahkan pada Pak Solihin.

Terus terang aku lupa kegiatan selanjutnya. Namun pukul 10.20 WIB aku mengerjakan typologi di komputer agar kekuatan dan kelemahanku dapat terbaca. Banyak pertanyaan yang disampaikan, di antaranya hal-hal yang sesuai serta tidak sesuai dengan karakterku. Hasilnya dapat dibaca dalam sebuah lingkaran bercabang seperti mind map. Lalu ketika sudah selesai aku diminta menyimpan hasil tes typologi di komputer.

Pukul 13.30 WIB, Rifka menyampaikan presentasi tentang pengalamannya saat mengikuti pertukaran pelajar di Belgia setahun kemarin. Pada awal masa-masa ia tinggal di sana, urusan kerudung adalah tantangan terbesarnya di sana sampai ia memiliki masalah dengan keluarga angkat juga sekolahnya yang menyebabkan dia harus berpindah keluarga angkat serta sekolah dengan bantuan YFU (Youth For Understanding), yayasan yang mengurusi program pertukaran pelajar di luar negeri sana.

Apresiasi terhadap kegigihan Rifka dalam menghadapi masalah kerudung di tanah rantau kami berikan dalam bentuk tepukan tangan. Puasa dan shalat lima waktu pun tetap ia laksanakan walau sedang berada negara minoritas Muslim. Giliran selanjutnya, Audi menyampaikan presentasi terkait pengalamannya di Jerman bersama Alfath. Ia mengaku memiliki banyak pengalaman baru di sana termasuk ibadah puasa dan shalat lima waktu yang sering dijama karena sulit mencari musholla atau masjid. Puasa di Jerman saat musim panas berlangsung dalam kurun waktu 19 jam, dimulai dari sahur pukul 03.00 dini hari sampai buka puasa pukul 21-22.00 waktu setempat. Tetapi dalam ceritanya, Audi merasa tidak sanggup berpuasa 19 jam sehingga ia berpuasa dengan mengikuti jadwal Indonesia.

Kisah selama sepekan pertama berakhir pukul 15.05 WIB dengan penutupan oleh Bu Yeni. Aku menyegerakan diri ke masjid seperti biasanya sebelum pulang ke rumah.

"Enak banget Herr Aldi, libur sebulan terus pas masuk enggak langsung belajar sampe seminggu." Gumam Stevie dari balik meja guru. Aku hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya kali ini walau rumput-rumput bergoyang di luar bingkai jendela masih mengangguk-angguk pertanda setuju terhadap isi pikiranku yang merasa seperti bermuara di kota mati lantaran masih memandang masa belajar selama kelas 10-11 lebih baik dari kelas 12. Tetapi ini belum berjalan sepenuhnya, masih awal-awal sebelum hari lain menyapa. Stevie telah mengerti maksud ceritaku selama sepekan pertama bersekolah.

Dilema itu pun kembali menghampiriku sore ini. Masih mau menikmati masa sekolah di kelas 12 atau cepat-cepat lulus, wisuda dan berkuliah?

Jawaban sengaja kubiarkan menggantung di langit sore dalam sebuah elegi rumput bergoyang yang membuatku merasa seperti bermuara di kota mati, untuk kesekian kalinya kukatakan.

Tertulis, kisah indah seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan.

Bandung, 30 Juli 2016
Pukul 07.40 WIB
-Herr Aldi Van Yogya-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi