Menyingkap sunyi di balik kabut

 

Tiada pilihan lagi, pemandangan berupa kabut pagi menjadi tontonanku hari ini saat keluar dari rumah hanya satu jam setelah Shalat Subuh dua rakaat. Kamera tak lupa aku ambil demi mengabadikan kehadiran kabut si penguasa langit pagi yang hari ini seperti didaulat secara khusus untuk menggantikan matahari tanpa tahu kapan ia akan memudar. Pandangan mataku seperti telah sayu oleh kabut seiring dengan persaan senang yang telah menurun drastis sebab hari ini adalah hari terakhir masa reses sebelum aku memulai lembaran kisah baru esok hari. 

Masih berkemul sarung dengan kaos t-shirt produksi Dagadu asli Yogya, seorang guru muda melangkah ke teras rumahnya seorang diri. Gaya arsitektur khas kolonial Belanda sangat bersahabat baginya ditambah dengan kabut si penyelimut Kota Bandung hari ini. Dalam bimbang aku masih memikirkan saat habisnya masa resesku hari ini dan jemari tangannya sengaja merogoh telepon seluler di meja teras agar bisa memutar Lagu "Menunggumu" dari Noah. "Di dalam masa indah, saat bersamamu... Yang tak pernah bisa, akan terlupa..." Penggalan lirik tersebut rasanya sangat cocok menggambarkan situasi saat ini. 

Masa reses adalah masa yang indah lantaran tiada pelajaran dan beban tugas tetapi si gadis bunga sudah jelas tak bersamaku saat masa reses hadir bersamaku di sini. Tentu aku takkan bisa lupa dengan perjalanan masa reses selama satu bulan penuh walau masih sangat rindu hingga hari ini. Lagu Menunggumu terasa mengalir semakin deras ke ulu hatiku terlebih saat reff lagunya bergemuruh ria. Andai rindu ini masih dimiliki olehmu, maka aku menghadirkan sebuah tanya tentang berapa lama aku harus menunggumu, masa reses? Tentulah ia tak bisa menjawab layaknya aku bertanya pada lain manusia, namun pada waktunya pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya. 

Buku agenda hitam aku rogoh dari meja untuk yang kesekian kalinya agar bisa membaca isinya secara jelas tanpa bantuan kacamata. Kali ini aku ingin mengungkap sesuatu hal yang pastinya dialami oleh setiap orang kala masa reses telah sampai di penghujung. Lembaran-lembaran cerita saat masih bersama Stevie dan kenangan akan masa reses aku lewati begitu saja hingga jemari tangan kananku berhenti pada sebuah halaman bertanggal dan hari di tengah masa reses dahulu. Lalu aku membacanya secara seksama. Tulisan itu aku kutip dari situs www.travel.kompas.com. 

Hilang semangat usai liburan? Bisa saja kita terkena "Post Vacation Blues"

Sudah tentu euforia setelah travelling memang tidak bisa diremehkan dan hal itu barangkali terjadi pada setiap turis terlebih lagi setelah masa reses. 

Langsung saja kita loncat, sesaat sebelum masa reses berakhir perasaan tidak menentu berlari kalang kabut lantaran kita harus segera menyudahi masa senang-senang di tengah masa reses sebelum kembali berjibaku dengan rutinitas seperti agenda kerja di kantor untuk yang sudah bekerja atau agenda akademis untuk yang masih bersekolah. Alih-alih mengingat masa indah, kita harus menarik nafas berkali-kali karena melihat setumpuk agenda kerja atau tugas sekolah yang sudah menumpuk pertanda menanti kehadiran kita. Aku juga merasakan "post vacation blues" walau sesekali rindu pada si gadis bunga menyeruak dalam diri di tengah masa sekolah juga rindu pada Stevie saat sudah menjadi guru. 

Tetapi perasaan post vacation blues memang tidak bisa dihindari meski tidak boleh diremehkan sama sekali. Kenapa? Sebab post vacation blues dapat mengganggu semangat dan produktivitas dalam keseharian terlebih lagi di hari pertama. Dahulu aku merasakan malas di hari pertama tetapi rasa malas itu segera sirna karena di hari pertama sekolah aku tak langsung belajar mendalami materi melainkan ada acara "first day at school" yang diisi dengan permainan dan perlombaan di awal masa sekolah usai masa reses. Tetapi kendati demikian, ruang hatiku kembali tertambat pada masa reses sebelumnya. 

Lalu adakah cara menghilangkan post vacation blues? Jawabannya, tentu saja ada. Penulis Buku "The Anxious Traveler," Rita Anya Nara mengatakan bahwa tidak ada salahnya bila kita menaruh foto-foto saat masa reses sebelum dipublikasikan di lain waktu agar tidak mengganggu agenda masa reses saat sedang travelling. Salah satu solusi post vacation blues menurut penulis perempuan tersebut adalah mengunggah kenangan-kenangan masa reses dalam foto di media sosial. Semakin banyaknya unggahan foto di media sosial maka post vacation blues akan menghilang sedikit demi sedikit sebagai salah satu cara penghilangnya. Aku pun sudah menuruti perintah Rita Anya Nara, tetapi dengan cara membaca lagi tulisan-tulisan yang aku buat di awal masa reses lebih dari tiga minggu silam. 

Alhamdulillah, kabut pagi telah memudar dan digantikan oleh sinar matahari lengkap dengan keramaian-keramaian di bawahnya. Aku memang masih risau terkait kegiatan esok hari, namun senyum dapat aku rekahkan saat ini. Semoga ada hari yang indah untuk jiwa yang risau. Amin Ya Allah Ya Rabbal Alamin ^_^ ^_^ ^_^ 

Tertulis, kisah indah seorang Guru Bahasa Jerman di masa depan.

Bandung, 24 Juli 2016
Pukul 08.45 WIB. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar pada ulat dan kupu-kupu (#Filosofi renungan pagi)

Nge-Belanda bareng Aagaban (Negeri Van Oranje)

Merengkuh lentera jiwa dalam sunyi